Kamis, 19 Juni 2014

Musim Panas di Jepang

Musim panas di Jepang berlangsung selama bulan Juli hingga September. Sebenarnya hawa panas mulai masuk ke Jepang pada pertengahan bulan Juli. Oleh karena itu, dalam bulan-bulan ini, orang Jepang masih merasakan panas yang membakar.
Kalau ditanyakan kepada mereka, apakah suka dengan musim panas, banyak yang akan mengatakan tidak begitu suka karena hawa panasnya. Tetapi di lain pihak, banyak yang menyukainya, terutama anak-anak karena pada bulan Agustus mereka akan menjalani libur musim panas yang panjang.
Apa saja yang dilakukan oleh orang Jepang selama musim panas tersebut?
Sekalipun dikatakan berlangsung dari bulan Agustus, tetapi tradisi musim panas sebenarnya sudah terlihat pada pertengahan bulan Juli. Pada waktu ini, agar dapat melewati musim panas yang terik dalam keadaan sehat, orang Jepang biasanya menyampaikan sapaan/ucapan kepada orang yang dikenalnya. Sapaan itu disebut syochuumimai(暑中見舞い).
Agar tidak terkalahkan dengan teriknya musim panas, maka demi menjaga kesehatan, mereka mengkonsumsi unagi (belut) yang banyak mengandung zat nutrisi. Selain itu juga unagi menggambarkan kegesitan bergerak. Di restoran, banyak dijual unagidon (nasi yang ditumpuki dengan unagi). Atau di Nagoya terkenal dengan hitsumabushi (ひつまぶし). Kalau datang ke Nagoya pada musim panas, sangat tepat menikmati makanan ini.
Selain itu, tentu saja makanan yang menyegarkan dan dingin sangat diminati. Makanya pada musim panas yang banyak terlihat di pasar adalah kakigori (es serut), semangka atau suika (スイカ), soumen (そうめん) atau mie dingin, tokoroten (心太) dan warabi mochi (わらび餅). Tokoroten adalah makanan kesukaan saya selama musim panas. Ialah sejenis konyaku yang diberi kuah aneka rasa, dan tentu saja dijual dengan harga sangat murah di supermarket.dan tentu saja warabi mochi untuk menemani saya Update di fans page 
Para pekerja dan orang-orang dewasa, untuk mendinginkan badan, akan menghabiskan waktu sore harinya di Pier Garden (restoran) untuk menikmati bir dingin.Wajah-wajah mereka memerah karena hawa yang menyengat juga karena minuman keras yang diminumnya. Tetapi tampak kebahagiaan di sana. Ini salah satu cara orang Jepang yang sangat workaholic membebaskan diri dari stress.
Di bulan ini, para muda-mudi, juga orang-orang dewasa, dan anak-anak dengan mengenakan yukata (kimono musim panas) berwarna-warni cerah, mendatangi tempat-tempat penyelenggara hanabitaikai (花火大会) atau pesta kembang api. Biasanya di koran-koran, radio, internet atau selebaran iklan di kereta akan ada pemberitahuan hanabitaikai terbesar di wilayah Jepang. Sebelum mengunjungi hanabitaikai, sebaiknya dirancang jam berangkat dan jam pulang karena kendaraan umum sangat crowded. Kalau masalah cemilan yang akan dinikmati sepanjang acara tidak usah khawatir jika lupa membawa, karena di sepanjang area banyak sekali food stall (warung) dadakan yang menjual aneka makanan tradisional Jepang. Tetapi saya sarankan membawa air minum dan kipas, karena panasnya sangat menyengat. Tips lain, untuk menikmati kembang api dengan nyaman, bersegeralah mencari tempat duduk yang lapang, dan dengan pemandangan ke langit yang terbebas dari pepohonan. Kalau sudah duduk, tidak usah berniat pindah tempat lain, karena pasti akan kesulitan . Dan tentu saja, jangan lupa mengabadikan momen kembang api tersebut dengan kamera Anda. Di Nagoya, hanabitaikai yang diminati adalah yang diselenggarakan di dekat Nagoya ko (pelabuhan).Pesta kembang api lain yang lumayan besar yang pernah saya datangi adalah yang ada di dekat Okazaki Jou (Benteng Okazaki). Jarak tempuh ke sana memang agak jauh, dan kalau salah mengambil kereta, alamat akan berjalan kaki yang lumayan melelahkan.
Pada pertengahan bulan Juli orang Jepang mengirimkan ochuugen (お中元) atau bingkisan pertengahan tahun, berupa bir, makanan kaleng, teh, kopi, osoba, dll, yang dikirimkan kepada kenalan dan atasan, untuk menyampaikan salam memasuki musim panas, dan ucapan terima kasih atas bantuannya selama ini. Ochuugen akhir-akhir ini banyak yang dikirimkan, tetapi sebenarnya tradisinya adalah diantarkan sendiri, dengan mengenakan kimono untuk bepergian. Ochuugen biasanya dikemas dan dibungkus dengan kain bungkus yang indah.
Bulan Agustus diawali dengan kegiatan festival obon (お盆). Obon adalah masa untuk melakukan pemujaan kepada nenek moyang. Biasanya orang Jepang mudik dan berkumpul bersama keluarga, karena pada waktu itu, orang-orang yang telah meninggal diyakini akan pulang ke rumah. Festival obon biasanya berlangsung selama tiga hari. Pada hari-hari tersebut, masyarakat Jepang juga libur, dan dikenal dengan libur obon. Kapan dimulainya liburan obon, berbeda-beda untuk setiap daerah. Hal ini terjadi karena ketika sistem kalender Jepang berubah pada masa Meiji, yaitu dari sistem lunar menjadi sistem Gregorian (masehi), banyak yang tidak sepakat, dan akhirnya terpecah menjadi tiga kelompok perayaan obon, yaitu Obon yang diselenggarakan pada bulan 15 Juli disebut Shichigatsu Bon (七月盆), yang berdasarkan kalender solar, lalu yang berdasarkan kalender lunar adalah 15 Agustus atau hachigatsu bon (八月盆), sementara yang satu lagi adalah 15 bulan ke-7 pada sistem kalender lunar, yang disebut kyuu bon (旧盆) dan ini akan berbeda setiap tahunnya. Sekalipun hanya 3 hari, jika berbarengan dengan sabtu dan minggu atau hari libur lainnya, maka hari libur obon akan bertambah. Obon adalah salah satu hari raya dalam agama Buddha. Selain kegiatan di rumah, diselenggarakan pula Bon Odori (tarian Obon) yang biasa dilakukan dari sore hingga malam hari oleh warga setempat.
Kemudian kalau pernah pergi ke Kyoto, maka ada satu bukit/gunung yang bertuliskan huruf dai (大) yang berarti besar, dalam bentuk yang sangat besar, dan segera tampak kalau kita mengarah ke pegunungan Kyoto. Ini disebut daimonji yama (大文字山). Di Kyoto, saat akhir festival obon, yaitu tanggal 16 Agustus, huruf dai di gunung tersebut bersama dengan huruf-huruf lain yang keseluruhannya ada di lima gunung akan dinyalakan sebagai pertanda mengantar arwah kembali ke asalnya. Festival ini disebut Gozan no okuribi (五山の送り火) atau api yang mengantarkan (arwah) dari lima gunung.
Api yang pertama akan mulai dinyalakan pada pukul 20.00 dari kuil Joudoji yanga ada di Gunung Daimonji, lalu dilanjutkan ke empat gunung lainnya, yaitu api berbentuk Myouhou (妙法) yang akan dinyalakan pada pukul 20.10 dari Gunung Higashi atau Gunung Nishi. Myouhou artinya hukum yang mengagumkan. Selanjutnya pada pukul 20.15 akan dinyalakan funagata (舟形) atau api berbentuk perahu dari Gunung Funa, dan pada pukul 20.15 juga akan dinyalakan api berbentuk huruf hidari daimonji (左大文字) atau huruf dai dari arah kiri, di Gunung Hidaridaimonji. Dan yang terakhir pada pukul 20.20 akan dinyalakan api berbentuk torii, yang disebut toriigata (鳥居形) yaitu pembatas antara kehidupan manusia dengan kehidupan suci, bentuknya seperti gerbang tanpa pintu berwarna merah, dan biasanya ada di pintu masuk kuil Shinto. Kelima api tersebut akan menyala selama 30 menit.
Pada bulan September sebenarnya hawa musim gugur sudah mulai terasa. Biasanya akan turun hujan awal musim gugur yang disebut akisame (秋雨). Tanggal 1 September, warga Jepang memperingati hari pengendalian bencana atau bousai no hi (防災の日). Pada hari itu, mereka melakukan latihan besar-besaran untuk menghadapi bencana. Mengapa bulan September ? Saya kira karena pada akhir September dan awal Oktober, banyak sekali bencana terjadi di Jepang, termasuk angin topan yang sering datang pada bulan-bulan ini. Jadi, sebagai persiapan mereka menetapkan hari tersebut sebagai hari bersiap-siap menghadapi bencana. Dengan peringatan ini, warga seakan diingatkan untuk mengecek kembali barang-barang yang selama ini disiapkan sebagai barang siap bawa kalau terjadi bencana.
Pada pertengahan bulan September diselenggarakan hari orang tua atau koureisya no hi (高齢者の日). Apa yang dilakukan pada hari itu? Umumnya anak-anak diajak oleh orang tuanya untuk mengunjungi kakek neneknya dan menghibur mereka pada hari tersebut. Sekolah-sekolah juga mengadakan kegiatan kunjungan ke panti jompo.
~Adi Aichi~



source : https://www.facebook.com/KehidupanDiJepang/posts/476977065780106:0 

Jumat, 13 Juni 2014

11 Things You Might Not Know About Sumo

The world of Sumo is a little mysterious even to the Japanese. Here's a few things you might not know. 

1. Sumo wrestlers used to be skinny.

sume wrestlers used to be thin and muscular










As with many professional sports, Sumo athletes have become larger with time. In the case of Sumo they have also become fatter. 

 Today, there are no weight divisions in professional sumo. The weight of top wrestlers varies a great deal. It's common for one wrestler to be twice the weight of another. 

sumo rocks 

sumo smack down 

2. Gaijin can sumo.

Many of the top contenders in Sumo are recruited from abroad. 

Not these guys. 

sumo gaijin 

This guy. 

sumo gaijin champions 

At one time there was no restriction on the number of foreign Sumo wrestlers in professional sumo. In 1992, one Sumo stable recruited 6 Mongolians at the same time sending the league into a (gaijin) panic. The Sumo Association announced it was considering limiting the numbers of foreigners per stable. The stables responded with a 6 year self-imposed moratorium on recruiting foreigners. 

Today, the Sumo Association strictly limits the number of foreign wrestlers (defined as born outside Japan) to one per stable. Despite this, there are still 15-20 foreigners in the two top divisions at any one time. 

There's an unspoken rule that foreigner wrestlers must speak Japanese and be well versed in Japanese culture. 

3. Sumo wrestlers dance.

The ring entering ritual of sumo often resembles a dance. 

When entering the ring the wrestler claps his hands and performs a leg-stomping ritual to drive evil spirits from the ring. This is often rhythmic and stylized. 

sumo dance 

sumo tradition 

Wrestlers face each other and clap their hands again. They spread their arms wide to prove they have no weapons. 

strike a sumo pose 

4. No one under 50 is interested in sumo.

Interest in sumo has been in decline (for a long time). Young generations of Japanese are more interested in soccer and baseball. The average age of spectators at a professional sumo match is well over 50. 

sumo fans 

osaka sumo audience 

5. Yakuza like sumo.

The Yakuza like to keep a low profile and rarely show up on television. An exception was made in 2010 when the Yamaguchi-gumi (the largest yakuza group) purchased a block of 50 prominent seats at a nationally televised Sumo match. Needless to say, they stuck out in the crowd. Rumor has it they did it to cheer up their incarcerated boss who was watching the match from jail. 

The Sumo Association has experienced numerous Sumo match fixing and gambling incidents in recent years tied to the Japanese underworld. 

yakuza sumo 

6. There's a tradition of female sumo in Japan.

The Sumo Association doesn't allow women to enter a sumo ring (it's considered a violation of the purity of the ring). For example, the Governor of Osaka normally enters the ring to award the Governor's Prize at the annual Osaka Sumo Tournament. However, when Osaka elected a female governor (Fusae Ohta) she wasn't allowed to enter. 

Historically, there was a tradition of female sumo at some Shinto shrines. This is downplayed by professional sumo. 

female sumo wrestlers 

7. Sumo wrestlers must live a traditional lifestyle.

Sumo wrestlers are required to live in sumo training stables. They must dress in traditional Japanese clothing at all times. Every aspect of their life is dictated by strict rules. 

sumo public image 

8. Sumo originated at Shinto shrines.

Sumo originated in Shinto religious rituals whereby a human would wrestle with a kami (a Shinto divine spirit). There are still sumo rings on the grounds of many shrines in Japan. 

Shinto ritual guides every aspect of sumo. Shinto referees (gyoji) essentially act as priests in the ring. For example they perform purification rituals to rid the ring of evil spirits before a match. 

The wrestlers themselves throw salt into the ring before each match to purity it. 

sumo salt 

9. Fans express their disappointment by throwing cushions.

Sumo fans sit on thin Japanese cushions. When they're disappointed by a ruling or outcomethey throw them into the ring

sumo zabuton 

10. Gaijin are obsessed with inflatable sumo costumes.

For some reason, Gaijin (especially those from America, France, Belgium, Australia and Canada*) are obsessed with inflatable sumo costumes. Nobody knows why (least of all the Japanese). 

sumo problems 

sumo match costume 

11. Kappa can sumo wrestle.

kappa monster japan
Kappa are terrible (mythical) Japanese river monsters. Kappa often challenge humans to sumo wrestle. Since they're small they usually challenge children. 

 

One way to escape from a kappa monster is to challenge him to a sumo match. If you win he'll let you go. Kappa always keep their word. 

source : http://www.japan-talk.com/jt/new/11-things-you-might-not-know-about-Sumo

Selasa, 10 Juni 2014

Nyamannya Lounge Bandara Kansai, Osaka, Jepang

Jika kebetulan naik pesawat dari Bandara Internasional Kansai, Osaka, Jepang, Anda bisa mencoba loungenya yang nyaman. KIX Airport Lounge punya fasilitas komplit dari internet hingga kursi pijat. Wah!











Untuk biaya lounge, Anda bisa membayar JPY 300 (Rp 35 ribu) per 30 menit, JPY 100 (Rp 12 ribu) per 10 menit, dan JPY 1.500 (Rp 175 ribu) untuk lebih dari 3 jam. Untuk anak-anak cukup membayar setengah dari harga dewasa itu dan anak-anak di bawah usia 3 tahun gratis 







Bagi traveler yang ingin internetan, bisa mempergunakan salah satu komputer yang ada di sini. Akses internet yang lancar akan membuat waktu menunggu Anda terlewati dengan menyenangkan 







Orangtua bisa menjaga anak-anak dengan duduk di kursi-kursi tersebut. Selagi menunggu, para orangtua ini bisa mengobrol atau menyeruput minuman



Source :  http://travel.detik.com/readfoto/2014/01/02/104531/2456287/1384/9/nyamannya-lounge-bandara-kansai-jepang